Sunday, March 4, 2018

Wisata Budaya Bau Nyale dan Desa Sade di Lombok

Tradisi Bau Nyale di Pantai Tanjung Aan
(Sumber: events.goindonesia.com)


Lombok kini menjadi salah satu primadona pariwisata Indonesia. Berada di sebelah timur Pulau Dewata (Bali), Lombok yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi salah satu destinasi (tujuan) wisata yang kian populer dan berkembang. Selain memiliki objek wisata alam berupa pantai, perairan, kepulauan, perbukitan, dan pegunungan yang menawan, Lombok juga memiliki objek wisata budaya berupa tradisi atau adat istiadat masyarakat.
Menikmati wisata budaya di Lombok dapat dilakukan sembari merasakan jenis sensasi wisata lainnya. Di Pantai Tanjung Aan yang terletak di wilayah selatan Lombok, misalnya, wisatawan dapat menyaksikan tradisi setempat yang disebut “Bau Nyale”. Tradisi ini biasanya dilakukan pada setiap bulan Februari. Tradisi Bau Nyale merupakan tradisi ritual mencari cacing laut yang dilakukan masyarakat lokal terkait dengan kepercayaan reinkarnasi.
Di Desa Sade, Lombok Tengah, wisatawan juga dapat menikmati budaya masyarakat Lombok dalam bentuk yang lain. Di desa ini, Anda dapat menyaksikan rumah-rumah tradisional masyarakat yang orisinal. Rumah-rumah itu berbentuk rumah panggung, yang dibangun dengan menggunakan tiang kayu sebagai penyangga, memanfaatkan alang-alang kering untuk atap, dan anyaman bambu sebagai dinding.
Rumah-rumah warga Desa Sade (Foto: events.goindonesia.com)

     Desa Sade dihuni oleh masyarakat suku Sasak. Sekitar 150 kepala keluarga orang Sasak tinggal di sini. Mereka masih setia mempertahankan adat istiadat leluhur sehingga dijadikan desa wisata oleh pemerintah setempat.
 Salah satu adat yang berlaku di desa ini adalah perkawinan sesama sepupu dan tradisi kawin culik. Adat pernikahan ini melarang adanya prosesi lamaran atau tunangan seperti lazimnya pernikahan di tempat-tempat lain.
Oleh karena tradisi perkawinan sesama sepupu, orang-orang asli Desa Sade relatif masih dalam satu keturunan. Mata pencaharian mereka adalah membuat dan menjual kain tenun, selain bertani. Mereka membuat kain tenun secara tradsional mulai dari memintal kapas kering untuk dibuat benang hingga mewarnai benang itu dengan bahan-bahan alami. Selain dapat membeli kain tenun yang sudah jadi, di desa ini wisatawan juga dapat belajar membuat kain tenun dengan menggunakan alat-alat tradisional.
 (Diolah dari https://travel.kompas.com, 22 Januari 2018, 15.26 WIB dan https://lifestyle.okezone.com, Senin 23 Januari 2017 15.29 WIB)

No comments:

Post a Comment