Sunday, September 8, 2019

De Tjolomadoe, Penampilannya Masa Kini Semanis Prestasinya pada Masa Lalu

De Tjomomadoe (Sumber: Google Maps-Dido Ernanda Bachtiar)

Mesin-mesin giling bergerigi raksasa dilengkapi tabung penampungan berukuran besar mendominasi pemandangan di dalam bangunan yang megah dan bersejarah. Mesin-mesin dari baja yang masih tampak kokoh dengan balutan cat baru warna abu-abu dan keemasan itu dipajang di ruang bangunan kuno dengan langit-langit menjulang tinggi yang telah direnovasi. Mesin berikut bangunan yang yang dibuat dan didirikan pada pertengahan abad ke-19 itu kini tampak lebih baru dan modern, apalagi sebagian ruangannya telah diubah menjadi cafe, toko suvenir, dan gedung pertunjukan.

Di luar bangunan utama terhampar pelataran dan lapangan parkir yang luas, taman bunga dan rumput yang tersebar sporadis, dan sedikit pohon. Beberapa bangunan kantor dan pendapa terlihat di beberapa sudut. Lampu-lampu taman yang tersebar di beberapa titik melengkapi panorama terbuka di kompleks bekas pabrik gula yang kini menjelma destinasi wisata.

Proses renovasi PG Colomadu (Sumber: https://www.archdaily.com)

Itulah gambaran sepintas De Tjolomadoe, objek wisata baru di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Semula merupakan pabrik gula (PG), kini kompleks pabrik yang berada di Jalan Adi Sucipto Nomor 1, Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, itu telah direvitalisasi menjadi bangunan megah yang multifungsi. Revitalisasi mengubahnya dari salah satu pusat industri penghasil gula menjadi salah satu pusat destinasi wisata, edukasi sejarah, dan kesenian di kawasan Solo Raya.

Setelah direnovasi dan berganti nama menjadi De Tjolomadoe 
(Sumber: kompas.com-I Made Asdhiana)

Pabrik Gula Colomadu didirikan oleh Mangkunegara IV Surakarta pada tahun 1861. Pernah menyandang predikat sebagai perusahaan penghasil gula terbesar di Asia dan terbesar kedua di dunia –– pada 1928, bahkan pernah menjadi eksportir gula terbesar di dunia –– PG Colomadu akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 1997. Setelah kurang terurus selama sekitar 20 tahun, pada tahun 2017 PG Colomadu direnovasi dan direvitalisasi oleh gabungan (konsorsium) beberapa BUMN –– di bawah koordinasi Kementerian BUMN –– menjadi tempat wisata yang khas dan multiguna.

Namanya kemudian diganti menjadi “De Tjolomadoe”. Dapat dikatakan, De Tjolomadoe kini menjadi satu-satunya tempat wisata di Indonesia yang menggabungkan situs sejarah pabrik gula dengan gaya dan impresi wisata modern yang memiliki kelas tersendiri. Sempat menjadi sorotan dan mendapat kritik tajam karena usaha revitalisasinya dianggap kurang memperhatikan nilai budaya dan sejarah, De Tjolomadoe tidak hanya menjadi tempat wisata biasa yang bernuansa historis, melainkan juga menjadi pusat heritage, kesenian, edukasi (sejarah), dan perdagangan (bisnis). De Tjolomadoe dikelola oleh PT Sinergi Colomadu.
Stasiun dan Mesin
Bangunan pabrik tetap dipertahankan dengan polesan renovasi masa kini. Cerobong asap yang menjulang tinggi masih tetap berdiri. Mesin-mesin produksi yang terbagi menjadi beberapa stasiun yang dahulu digunakan untuk memproduksi gula dipertahankan sebagai benda cagar budaya yang bahkan menjadi pajangan dan andalan utama De Tjolomadoe sebagai tujuan wisata. Stasiun dengan mesin-mesinnya yang kini sudah dicat dengan warna dominan abu-abu menjadi perhatian dan fokus utama para pengunjung.

Stasiun Gilingan (Sumber: Zamroni-Sadah-Shida)

Untuk masyarakat masa kini yang tidak atau kurang familiar dengan peralatan produksi gula, stasiun dan mesin penghasil gula di De Tjolomadoe jelas terasa unik, eksotis, dan istimewa, apalagi itu berasal dari masa satu setengah abad silam. Terlihat masih sangat kokoh dan gagah –– meski  tidak lagi dengan warna aslinya –– stasiun dan mesin itu menjadi pemandangan yang indah dan cukup menakjubkan. Dibuat saat manusia belum mengenal teknologi digital seperti saat ini, benda-benda itu tampak tak lekang oleh perkembangan zaman.

Stasiun Penguapan (Sumber: Zamroni-Sadah-Shida)

Stasiun dan mesin dari baja itu, tentu saja, sudah tidak lagi difungsikan untuk memproduksi gula, melainkan untuk memberikan pelayanan wisata dan kenyamanan kepada pengunjung. Stasiun terbagi menjadi beberapa bagian dan nama dengan yang paling menonjol adalah Stasiun Gilingan yang difungsikan sebagai museum. Stasiun Gilingan berada di bagian paling depan yang dapat disaksikan oleh pengunjung begitu masuk ke dalam bangunan utama De Tjolomadoe.

Stasiun Karbonatasi (Sumber: Gmap-Doddy Ahadiyat)

Ada juga Stasiun Ketelan yang difungsikan untuk restoran dan tempat pameran. Stasiun Penguapan diubah menjadi lorong yang di sisi kanan dan kirinya berjajar kios pakaian dan kuliner. Stasiun Karbonatasi dikhususkan sebagai tempat penjualan kerajinan tangan. Adapun bengkel (besalen) kini difungsikan menjadi kafe.
Pertunjukan Kelas Dunia
Di bagian belakang bangunan utama De Tjolomadoe juga tersedia dua ruangan besar yang dapat digunakan (disewa) oleh masyarakat umum dan korporasi luar. Keduanya masih berada dalam satu ruangan dengan stasiun-stasiun, tetapi terletak di sebelah selatannya dengan disekat dinding khusus. Kedua ruangan masing-masing bernama Tjolomadoe Hall dan Sarkara Hall.

Ruang pertunjukan (Tjolomadoe Hall) (Sumber: www.detjolomadoe.com)

Tjolomadoe Hall merupakan gedung pertunjukan yang ukuran dan fasilitasnya di atas rata-rata dengan daya tampung 2.500 orang, sedangkan Sarkara Hall merupakan gedung untuk pertemuan dan pernikahan yang berkapasitas 1.500 orang. Tjolomadoe Hall diklaim sebagai gedung pertunjukan atau konser seni yang berkelas dunia. Pertunjukan beberapa artis dunia dan nasional pernah digelar di gedung multifungsi (multifunction hall ) ini. Artis yang pernah manggung di Tjolomadoe Hall, antara lain, David Foster, Brian McKnight, Anggun C. Sasmi, Dira Sugandi, Sandy Sandhoro, dan Yura Yunita.

Tjolomadoe Hall dan Sarkara Hall melengkapi keberadaan De Tjolomadoe sebagai destinasi wisata yang multieven dan memiliki jangkauan global. Seperti dikemukakan Menteri BUMN, Rini Suwandi, dalam “Hitman David Foster and Friends” 24 Maret 2018, De Tjolomadoe diharapkan dapat menjadi concert hall terkenal di dunia melalui pengembangan Tjolomadoe Hall.
Semanis Masa Lalu
Pengunjung yang datang dan berkeliling di De Tjolomadoe akan mendapatkan suguhan lanskap sejarah yang dipadukan dengan pernik dan kronika modern. Menyaksikan mesin produksi penghasil gula yang berasal dari masa kolonial Belanda sembari menikmati sajian dan pelayanan modern masa kini akan menjadi atraksi pariwisata khas yang langka. Dengan harga tiket yang tidak terlalu mahal (Rp25.000,00), pengunjung dapat menikmati De Tjolomadoe dengan kemegahan, kesejarahan, dan keunikannya.

Salah satu sisi museum di De Tjolomadoe (Sumber: Solopos-Sunaryo HB)

Pengunjung umum pasti akan mendapatkan pengalaman baru. Adapun pengunjung dari kalangan pendidikan (pelajar, mahasiswa, guru, dan sebagainya) juga akan mendapat tambahan pengetahuan sejarah baru karena akan memperoleh penjelasan historis seputar PG Colomadu dari pemandu khusus yang disediakan pihak pengelola untuk pengunjung dari kalangan pendidikan.

Suasana malam di De Tjolomadoe (Sumber: Zamroni-Sadah-Shida)

Sebelum direnovasi, bekas pabrik ini sempat terlihat kotor dan kumuh akibat tak terurus sejak berhenti beroperasi tahun 1997 hingga tahun 2017. Masa lalunya yang manis sebagai salah satu raksasa penghasil gula di Asia dan dunia, pada saat itu seolah-olah pudar dikikis oleh waktu dan zaman.
Namun, renovasi yang berbiaya mahal mampu mengubahnya menjadi tempat baru yang elegan, nyaman, dan memiliki kelas tersendiri. Terlepas dari segala kekurangannya dalam proses renovasi, PG Colomadu telah bertransformasi dan menjelma menjadi ikon pariwisata baru yang terlihat cukup manis, semanis prestasi masa lalunya sebagai ikon penghasil gula kelas dunia.


Thursday, July 4, 2019

Mie Gacoan: Sedap dan Pedasnya Mi Horor

Menu di warung Mie Gacoan (Sumber: Shot on Realme 2-www.kisahfoto.com)


Kuliner kontemporer di Jawa Timur, Bali, Yogyakarta, dan Jawa Tengah kini tengah diramaikan oleh hadirnya rumah makan (resto) khusus yang menyediakan menu dengan bahan dasar mi (mie). Perusahaan kuliner yang berbasis di Kota Malang, Jawa Timur, PT Pesta Pora Abadi, memperkenalkan produk kuliner khas mereka yang diberi nama “Mie Gacoan” melalui pembukaan 14 outlet  di empat provinsi di Jawa dan Bali.
Keberanian mereka untuk secara khusus melabeli produk kulinernya dengan nama brand  “Mi Gacoan” berbuah manis. Berawal dengan membuka outlet  di Malang, disusul dengan cabang pertama di Solo, dan kemudian diikuti cabang-cabang di kota-kota lain di Jawa dan Bali, dagangan mereka laris diserbu konsumen. Outlet-nya setiap hari disesaki oleh pengunjung.

Mie angel (Sumber: https://miegacoan.com)

Selain di Malang dan Solo, warung Mie Gacoan juga dibuka di Pasuruan, Kediri, Jombang, Mojokerto, Madiun, Tulungagung, Blitar, Ponorogo, Ngawi, Yogyakarta (2 cabang), dan Denpasar. Seperti namanya, masakan andalannya adalah mi yang berbahan dasar tepung (terigu) dengan menu ekstra berbagai jenis dim sum. Disediakan juga berbagai jenis minuman hangat dan dingin.
Mi Horor
Trend  membuat merek (brand) dan produk kuliner yang aneh dan nyeleneh  makin menguat dengan hadirnya Mi Gacoan. Menambah panjang daftar kuliner unik dengan tidak mengenyampingkan citarasa dan service  kepada konsumen, Mi Gacoan cukup sukses merebut perhatian para penggemar kuliner terutama dari kalangan anak muda. Mereka juga cukup berhasil dalam memenuhi kebutuhan selera konsumen dengan sajian mi khas garapannya.

Mie setan (Sumber: https://miegacoan.com)

       Nama “Mie Gacoan” yang sudah unik (untuk ukuran produk kuliner) kian terasa aneh setelah pengunjung tahu nama-nama jenis mi yang dipajang sebagai pilihan. Setidaknya ada tiga jenis mi yang ditawarkan kepada pengunjung, yakni mie angel, mie iblis, dan mie setan; selain makanan normal lainnya, yakni dim sum. Nama-nama minumannya tidak kalah menakutkan: ada es genderuwo, es kuntilanak, es tuyul, es pocong, dan es sundelbolong; selain minuman lumrah lainnya (susu).

Mie iblis (Sumber: https://miegacoan.com)

Praktis, makanan dan minuman andalan warung Mie Gacoan didominasi oleh nuansa horor yang “mengerikan”. Namun, di tengah kegandrungan anak muda terhadap kuliner yang unik dan absurd, nama-nama mengerikan itu justru sering terasa jenaka dan menggelikan. Dan lebih dari itu, menantang serta mengundang rasa penasaran yang besar untuk berkunjung dan mencoba mencicipinya.
Pedas dan Sedap
Harga untuk semua jenis makanan dan minuman di warung Mie Gacoan cukup terjangkau. Hampir semua jenis makanan dan minuman dipatok dengan harga sama atau di bawah Rp10.000,00. Harga yang relatif murah dan terjangkau diharapkan dapat menarik minat para pelajar dan mahasiswa (yang memang menjadi bidikan utama warung ini) menjadi konsumen yang setia.

Pangsit goreng (Sumber: https://miegacoan.com)

       Banyaknya pengunjung yang datang setiap hari menunjukkan berhasilnya warung ini dalam menarik pembeli, utamanya kaum muda. Harga yang terjangkau dan citarasa yang enak menjadi faktor penentu sukses Mie Gacoan. Testimoni dari beberapa pengunjung mengindikasikan kepuasan mereka dengan rasa yang diberikan oleh makanan dan minuman warung ini.

Lumpia udang (Sumber: https: miegacoan.com)

       Hidangan mi dari Mie Gacoan cukup khas dan sedap (enak). Tiga jenis mi yang disajikan memiliki rasa yang berbeda-beda: mie angel bercitarasa gurih, mie setan cenderung asin, dan mie iblis cenderung manis. Mie setan dan mie iblis yang sempat penulis cicipi (di outlet  cabang Solo), meskipun memiliki kecenderungan rasa yang berbeda, tetap terasa memiliki basis rasa yang sedap.  

Udang keju (Sumber: https://miegacoan.com)

Satu hal yang unik dari mi ini adalah kombinasi antara taburan (topping) daging ayam cincang/giling dan sambal cabai dengan tingkatan rasa pedas yang bergradasi. Pengunjung dapat memilih mie setan atau mie iblis dengan level rasa pedas yang bertingkat-tingkat: dari level 0 sampai dengan level 4 dan 5 (makin tinggi levelnya makin pedas), sedangkan mie angel dimasak dan disajikan tanpa rasa pedas. Untuk menambah rasa, disediakan juga aneka dim sum  yang menggiurkan: siomai, udang keju, udang rambutan, lumpia udang, pangsit goreng, ceker, dan kaicak.

Es pocong (Sumber: https://miegacoan.com)

Untuk minuman, rasanya juga sepadan dengan harga yang dipasang. Es genderuwo dan es kuntilanak yang sempat penulis nikmati, rasanya cukup enak dan menyegarkan. Es genderuwo di lidah terasa seperti es campur atau es teler, sedangkan es kuntilanak lebih menyerupai es lemon tea. Kekhasan minuman dingin di warung ini adalah ke dalamnya ditaburkan irisan berbagai jenis buah segar: stroberi, pepaya, belimbing, jeruk, dan sebagainya.

Es tuyul (Sumber: https://miegacoan.com)

 Untuk para penggemar mi kalangan anak muda sekolahan dan kuliahan, Mie Gacoan dapat menjadi penawar selera yang cukup representatif. Kendatipun jenis mi yang disediakan sementara ini belum banyak dan variatif, setidaknya citarasa yang diberikannya sudah memenuhi standar serta harganya juga terjangkau. Dengan hadir di 13 kota, Mie Gacoan juga relatif dapat menjaring para penggemar kuliner mi di berbagai daerah.

Alamat Mie Gacoan di berbagai kota
n Madiun
Kapten Saputra 37, Madiun 63132 (Telepon 0813-5954-8855)
n Kediri
Mayjend Sungkono 16, Kediri 64129 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Mojokerto
Jalan PB Sudirman 55C, Mojokerto 61313 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Tulungagung
Jalan Teuku Umar 12, Tulungagung 66211 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Pasuruan
Jalan Slagah 1, Pasuruan 90000 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Malang
Jalan Kendalsari Barat No. 18, Malang 65141 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Jombang
Jalan A. Dahlan, Pusat Bisnis “The Eighteen”, Jombang (Telepon 0813-5954-8855)
n    Solo
Jalan Cipto Mangunkusumo 19, Solo (Telepon 0813-5954-8855)
n    Yogyakarta 1
Ruko Raflesia B5–B6 Babarsari, Yogyakarta 55281 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Yogyakarta 2
Jalan Colombo Baru No 1A, Caturtunggal, Depok, Sleman (Telepon 0813-5954-8855)
n    Ponorogo
Jalan Diponegoro 10, Ponorogo 63414 (Telepon 0813-5954-8855)
n    Blitar
Jalan Kalimantan 102, Blitar (Telepon 0813-5954-8855)
n    Denpasar
Jalan Tukad Pakerisan No. 76, Panjer, Denpasar (Telepon 0817-0369-8889)
n    Ngawi
Jalan J.A. Suprapto 19, Ngawi (Telepon 0813-5954-8855)

Tuesday, May 7, 2019

Masakan Khas Jawa Timur: Ayam Lodho

Ayam lodho (Sumber: http://www.diahdidi.com)


Produk kuliner yang memiliki citarasa lezat banyak di antaranya yang menggunakan bahan utama daging ayam. Banyak makanan khas tradisional di Nusantara yang berbahan dasar daging ayam, misalnya ayam tangkap dari Aceh, ayam taliwang dari Nusa Tanggara Barat, ayam betutu dari Bali, dan ayam kremes kalasan dari Yogyakarta. Nah, dalam memanfaatkan daging ayam sebagai bahan utama masakan, Jawa Timur juga tidak mau ketinggalan.
Jawa Timur memiliki produk kuliner khas yang disebut ayam lodho. Kuliner ini dibuat dengan bahan pokok daging ayam kampung yang kesat dan gurih. Ayam lodho berasal dari Tulungagung, sebuah kota dan kabupaten yang terletak di pesisir selatan dekat dengan Blitar, Kediri, dan Ponorogo di Provinsi Jawa Timur.
Daging ayam kampung pada ayam lodho dimasak dengan cara dibakar. Cara memasaknya dimulai dengan memanggang daging ayam yang dilumuri garam di atas bara api. Sembari menunggu daging berwarna kecokelatan, diracik tumisan bumbu halus yang dibuat dari bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, kencur, cabai merah keriting, dan garam serta bumbu kasar yang dibuat dari merica (tumbuk kasar), ketumbar (tumbuk kasar), jintan, cabai rawit, dan lengkuas (iris kasar).

Ayam lodho hasil modifikasi (Sumber: https://geasy.wordpress.com)

Ke dalam wajan yang berisi tumisan bumbu halus dan bumbu kasar dituangkan santan (kelapa) encer dan aduk sampai mendidih. Daging ayam yang sudah berwarna kecokelatan (setengah matang) selanjutnya dimasukkan ke dalam wajan bersama dengan lengkuas, daun jeruk purut, dan daun salam. Lanjutkan memasak dengan api kecil sampai mendidih, tambahkan santan kental,  dan teruskan lagi dengan api kecil sampai kuahnya menjadi sangat kental.
Sebelum disantap, masakan disarankan untuk disimpan lebih dahulu selama semalam dan dipanaskan kembali keesokan harinya. Setelah itu, baru disantap dengan nasi gurih (nasi uduk) dan urap sayur. Citarasa ayam lodho cenderung pedas, cocok untuk penggemar kuliner yang menyukai masakan pedas.
Aroma ayam lodho khas sekali sebagai hasil perpaduan antara santan kental dan beraneka ragam rempah. Adapun tekstur dagingnya lembut dan halus. Bumbu yang meresap ke dalam daging dan gurihnya santan membuat daging ayam lodho bisa dengan mudah dilepas dari tulangnya serta terasa lezat untuk disantap.

Saturday, May 4, 2019

Marhaban yaa Ramadhan

Sumber: Akhmad Zamroni

Selamat datang, Bulan Suci Ramadan,
bulan yang penuh rahmat, barokah, dan ampunan.

Selamat menjalankan ibadah puasa.
Mohon maaf atas segala kekhilafan kami selama ini.

Semoga puasa yang akan kita tunaikan dapat meningkatkan dan memantapkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. dalam upaya mendapat rida dari-Nya.

Aamiin yaa robbal alamiin.

Tuesday, April 30, 2019

Masakan Khas Jawa Timur: Rawon

Rawon (Sumber: http://www.wisatasidoarjo.com)


Rawon adalah masakan tradisional khas dari Jawa Timur. Saat ini rawon sudah umum dikenal di kalangan masyarakat dari luar Jawa Timur, terutama masyarakat Jawa Tengah bagian timur yang dekat dengan perbatasan Jawa Timur. Masakan ini juga sudah menyebar sampai ke Jakarta dan beberapa daerah lain sehingga dapat dikatakan sudah masuk dalam kategori makanan tradisional Indonesia (Nusantara).

Rawon dibuat dengan bahan utama daging sapi yang biasanya berasal dari bagian sandung lamur. Daging sapi dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam air (kuah) kaldu daging yang dibumbui campuran garam, kemiri, bawang merah, bawang putih, ketumbar, lengkuas, cabai, kunyit, serai, daun jeruk purut, minyak nabati, dan kluwak. Rempah terakhir ini, yakni kluwak (kluwek), memberi karakter unik pada rawon.

Kehadiran kluwak menjadikan rawon memiliki citarasa yang khas. Kluwak juga menyebabkan kuah rawon menjadi berwarna hitam atau gelap. Oleh karena kuahnya yang berwarna hitam, rawon kadang-kadang disebut sebagai sup daging hitam dan di luar negeri lazim disebut black soup.

Rawon (Sumber: www.unileverfoodsolutions.co.id)


Ke atas hidangan rawon yang siap disantap, biasanya ditaburkan tauge mentah dan bisa juga ditambahkan irisan daun bawang. Rawon dapat dinikmati dengan pelengkap sambal, kerupuk udang, dan telur asin (kadang juga masih ditambah empal). Kelezatan rawon makin komplet jika disantap bersama nasi putih yang masih hangat.

Kepopuleran rawon yang kini mulai menyebar ke berbagai daerah menyebabkan munculnya beberapa varian rawon menurut daerah pembuat dan penikmatnya atau bahan utama untuk membuatnya. Misalnya saja, sekarang ada rawon pantura lamongan, rawon blonceng, rawon dada ayam, rawon ayam labu siam, rawon manisa, dan rawon iga sapi. Jika tertarik, Anda juga bisa membuat varian baru berdasarkan inovasi dan kreativitas Anda sendiri.

Friday, April 19, 2019

Masakan Khas Jawa Timur: Rujak Cingur

Rujak cingur matengan (Sumber: https://medium.com)


Rujak cingur adalah makanan khas tradisional dari Jawa Timur. Makanan ini berasal dari ibu kota Jawa Timur, Surabaya. Sebagaimana namanya, rujak cingur terbuat dari bahan dasar cingur, yakni mulut atau moncong sapi, yang dipadu dengan berbagai jenis sayuran dan buah.

Kata cingur  (bahasa Jawa) berarti ‘mulut’. Kata ini (cingur) merujuk pada irisan mulut/bibir atau moncong sapi atau kerbau rebus yang dicampurkan ke dalam adonan. Selain cingur, bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat rujak cingur adalah beberapa jenis buah, seperti kerahi (krai, yaitu sejenis timun), bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong. Bahan-bahan lainnya adalah tahu, tempe, lontong, tauge, kangkung, dan kacang panjang.

Semua bahan itu, termasuk cingur, diiris dan dicampur dengan bumbu atau saus yang terbuat dari petis, gula pasir/gula merah, cabai, kacang tanah goreng, bawang goreng, garam, dan irisan pisang biji hijau muda (pisang klutuk). Semua bumbu dicampur dengan cara diulek. Ditambahkan pula ke dalamnya sedikit air matang sebagai pengencer.

Rujak cingur mentahan (Sumber: https://pesona.travel)

Rujak cingur dibuat dan dihidangkan dengan dua cara, yakni biasa (mentahan) dan matang (matengan). Jika dibuat dalam bentuk biasa, maka semua bahan yang telah disebutkan di atas (termasuk irisan buah mentah: bengkuang, mangga muda, nanas, dan kedondong) disertakan. Adapun jika dibuat dalam bentuk matengan, yang disertakan hanya bahan-bahan yang telah dimatangkan (sebagian direbus dan sebagian digoreng) yang terdiri atas tempe (goreng), tahu (goreng), lontong (rebus), dan sayur-sayuran yang direbus (krai, kangkung, kacang panjang, dan tauge), sedangkan buah-buahan mentah tidak disertakan.

Untuk kedua bentuk penyajian itu, bumbu atau saus yang digunakan tetap sama. Alas yang digunakan untuk penghidangannya bisa piring atau daun pisang yang dibentuk pincuk. Sebagai pelengkap, biasanya disertakan juga kerupuk.

Saturday, March 23, 2019

Rumah Makan Gratis: Mengubah Aditya Prayoga dari Gelandangan Menjadi Dermawan

Oleh  Akhmad Zamroni

Aditya Prayoga (28 tahun) pendiri Rumah Mahan Gratis (Transmedia-youtube.com)


Pada zaman modern yang didominasi kapitalisme seperti saat ini, pernahkah Anda memiliki bayangan untuk membuat sebuah usaha yang pelayanannya kepada konsumen dilakukan secara gratis setiap hari? Jika Anda sempat membayangkannya, bagaimana cara mempertahankan usaha yang unik seperti itu? Bagaimana pula cara memperoleh keuntungan dan mendapatkan dana untuk belanja berbagai keperluan guna menjaga produksi barang dan kelangsungan usaha?

Bagi banyak orang, mendirikan usaha yang setiap hari memberikan pelayanan gratis penuh kepada konsumen, mungkin terasa mustahil, tidak masuk akal, dan aneh. Namun, bagi seorang pria muda bernama Aditya Prayoga, hal itu logis, wajar, dan dapat diwujudkan. Bagi kebanyakan orang, apalagi yang sudah terkena virus kapitalisme, jenis usaha gratisan semacam itu akan membuat kolaps dan bangkrut, tetapi bagi Aditya tetap memberikan “keuntungan” serta kepuasan dan kebahagiaan tersendiri.

Aditya mampu membuktikannya dengan membuka rumah makan gratis. Ia mendirikan sebuah warung makan yang ia beri nama “Rumah Makan Gratis” dengan tambahan tagline  (semboyan) “Makan dan Minum Gratis Setiap Hari Tanpa Syarat”. Seperti nama dan semboyannya, rumah makan ini benar-benar memberikan pelayanan gratis sepenuhnya (seratus persen) kepada pengunjung. Pengunjung dibebaskan untuk makan dan minum sepuasnya tanpa membayar satu rupiah pun.
·        Limpahan Rezeki dari Invisible Hands
Meskipun setiap hari memberikan pelayanan gratis kepada pengunjung, Aditya mampu mempertahankan usahanya dengan baik. Didirikan sejak tahun 2016, warung makannya tetap eksis dan kian populer dengan kemampuan memberikan pelayanan yang makin meningkat dari waktu ke waktu. Awalnya hanya menyediakan 50 porsi makan-minum gratis setiap hari kepada pengunjung (tahun 2016), setelah berjalan dua tahun lebih kini warung makannya mampu menyediakan 300 porsi makan-minum (2019).

Keadaan itu menunjukkan bahwa usaha yang dirintis Aditya tidak kian surut dan kolaps, melainkan justru makin meningkat dan kuat. Adapun perihal “keuntungan” yang ia peroleh, bukanlah keuntungan uang dan materi sebagaimana yang biasa dibayangkan dan diidam-idamkan umumnya orang yang membuka usaha. Keuntungan yang diperoleh Aditya adalah “keuntungan” sosial, kemanusiaan, dan religius-spiritual, yakni dengan membuka rumah makan gratis, ia telah membantu dan meringankan banyak sekali orang sehingga menyebabkannya merasa puas dan bahagia, dan yang lebih penting lagi dengan cara itu ia mendapatkan imbalan rezeki dan pahala yang tak terhitung nilainya dari Allah swt.

Aditya berpose di depan warungnya (https://preneur.trubus.id)

Itulah sebabnya, meski warung makannya memberikan pelayanan gratis setiap hari, ia hampir tidak pernah kesulitan dan apalagi kehabisan modal untuk mempertahankan dan melangsungkan usahanya. “Bisnis”-nya lebih merupakan usaha amal dan bukan dagang mencari untung (laba) sehingga ia mendapatkan banyak limpahan rezeki dari invisible hands (tangan-tangan yang tak terlihat). Invisible hands  itu tidak lain adalah berkah (barokah) dan pertolongan dari Sang Maha Pemberi Rezeki, Allah swt.

Selama dua tahun lebih mengelola rumah makan itu, pria asal Palembang ini relatif tak menemui kesulitan untuk mendapatkan rezeki. Ia membiayai rumah makan gratisnya dengan dana hasil keuntungan dari usaha lain yang ia buka (antara lain, bisnis parfum, sabun, dan speaker  murottal Alquran) yang hingga kini tetap lancar menghasilkan laba. Tidak sedikit pula orang-orang yang bersimpati dengan usaha mulianya mendonasikan dana untuk mendukung usaha warungnya.
·        Dari Gelandangan Menjadi Dermawan
Motivasi utama Aditya mendirikan warung makan gratis sama sekali bukan untuk mencari untung/laba, melainkan membantu orang-orang kalangan bawah yang kesulitan untuk mendapatkan makanan. Ia sangat tersentuh oleh pengalaman spiritual saat dirinya menjadi gelandangan serta bertemu dengan seorang ustad dan beberapa orang lanjut usia yang hidup sebatang kara dan miskin. Kejadian ini menginspirasinya untuk membuka warung makan cuma-cuma.

Ia memutuskan untuk membuka warung makan gratis guna membantu orang-orang miskin dan menderita. Aditya memahami sulitnya orang-orang miskin mendapatkan makanan karena ia sendiri pernah hidup menggelandang tanpa pekerjaan. Saat menggelandang itu ia bertemu dengan seorang ustad di Masjid Istiqlal, Jakarta (tempat yang selama hampir sebulan ia jadikan “penginapan gratis”) dan sang ustad menasihatinya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Alquran serta menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama.

Pengunjung Rumah Makan Gratis
(Facebook-https://www.wowkeren.com)

Pertemuannya dengan beberapa orang lanjut usia yang hidup fakir ia jadikan titik tolak untuk memulai ikhtiar menjalankan nasihat sang ustad. Ia berusaha mengamalkan ajaran-ajaran Alquran, antara lain, dengan menikah dan membantu kaum miskin dengan mendirikan kedai makan cuma-cuma. Untuk membuka warung makan gratis pertamanya, ia menjual sepeda motor matik satu-satunya untuk modal. Istrinya yang sempat keberatan dapat ia yakinkan untuk mendukung usahanya.

Didirikan pada tahun 2016, warung itu setiap hari dikunjungi orang dari berbagai kalangan. Aditya sama sekali tidak membatasi status dan asal-usul pengunjung warungnya. Orang dari suku, etnik, agama, golongan, kalangan miskin, kalangan kaya, dan kalangan lain apa pun ia persilakan untuk datang serta menyantap makanan dan minuman yang ia sediakan. Pengunjungnya banyak yang berasal dari kalangan tak mampu, tetapi kadang-kadang banyak pula dari kalangan atas yang serba berkecukupan (kaya). Kalangan terakhir ini selain datang untuk bersantap, biasanya juga turut memberikan donasi (sumbangan dana).

Warung makan gratis Aditya terletak di Jalan Raya Ciangsana Nomor 1, Kampung Pabuaran, Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Bangunannya sederhana, tetapi luasnya cukup untuk menampung puluhan pengunjung. Selain nasi putih dan minuman, menu lain yang disediakan di antaranya ikan, daging ayam, dan aneka sayur. Hampir setiap hari jenis menu yang dihidangkan diusahakan untuk diganti dan divariasi.

Usaha amal lain yang dilakukan Aditya adalah setiap hari Jumat ia bersama tim yang dibentuknya membagi-bagikan sembako (sembilan bahan pokok) gratis kepada warga kurang mampu di Desa Ciangsana dan sekitarnya. Ia masih memiliki sejumlah rencana aksi amal lagi untuk beberapa tahun ke depan. Selain berencana dan berharap untuk waktu yang akan datang rumah makan gratisnya mampu menyediakan seribu porsi makan-minum dalam sehari, ia juga berkeinginan membuat kolam renang gratis yang di sekitarnya dilengkapi kantin gratis dan masjid.

Aditya bersama istri (kiri), kini mulai dikenal sebagai dermawan
(metropolitan-www.jpnn.com)

Berkat kegiatan-kegiatan amalnya saat ini, Aditya kini dikenal sebagai dermawan. Ia sendiri sebenarnya bukanlah orang kaya; sampai saat ini ia masih tetap hidup sederhana.  Namun, ayah dari seorang putra ini berprinsip bahwa untuk beramal dan membantu kehidupan sesama (terutama kaum duafa/fakir), tidak harus menunggu menjadi kaya lebih dahulu.

Meski secara materi tidak berlimpah, Aditya merasa hidupnya bernilai. Sejak rajin beramal dan terutama membuka rumah makan gratis, rezeki datang dan mengalir dari sumber dan arah yang tidak ia duga-duga. Bisnis lainnya yang murni ia tekuni untuk mendapatkan keuntungan (menjual parfum, sabun, dan speaker  murottal Alquran) berjalan dan mendatangkan rezeki yang lancar serta tubuhnya yang dahulu sering sakit-sakitan kini menjadi lebih bugar dan sehat. Pria berusia 28 tahun ini tak pernah meminta sumbangan, tetapi para donatur seperti berlomba-lomba untuk membantu dan mendukungnya: ada yang meminjaminya tanah selama lima tahun untuk usaha warung gratisnya, ada yang sampai mewakafkan tanah seluas 15 hektare, ada yang memberinya motor dan mobil, ada yang membiayainya pergi umroh, dan sebagainya.

Aditya telah memilih jalan hidupnya sesuai dengan tuntunan Alquran yang isinya telah ia pelajari dan coba amalkan saat mulai merintis usaha rumah makan gratisnya. Sebagai imbalannya, ia pun kini menuai hasil sebagaimana yang dijanjikan Allah melalui Alquran pula. Surah Albaqarah Ayat 261 menyatakan, “Perumpamaan orang yang menyedekahkan (mendermakan) hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan di setiap untainya terdapat seratus biji, dan Allah melipatgandakan (balasan/imbalan) kepada orang yang dikehendaki; Allah Mahaluas (anugerah-Nya) lagi Maha Mengetahui.”